Beranda | Artikel
Anjuran Untuk Ittiba Kepada Al-Quran dan Sunnah
Rabu, 9 September 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Anjuran Untuk Ittiba’ Kepada Al-Quran dan Sunnah merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah كتاب صحيح الترغيب والترهيب (kitab Shahih At-Targhib wa At-Tarhib) yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Rabu, 20 Al-Muharram 1442 H / 9 September 2020 M.

Download kajian sebelumnya: Bahaya Riya’ Dan Pujian Manusia

Kajian Hadits Tentang Anjuran Untuk Ittiba’ Kepada Al-Quran dan Sunnah

Kita sudah masuk dalam bab tentang الترغيب والترهيب فى اتباع كتاب و السنة (anjuran untuk ittiba’ kepada Al-Qur’an dan kepada sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam).

Hadits ke-38

Kita masuk hadits ke-38, dari Abu Syuraih Al-Khuza’i, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keluar kepada kami, lalu beliau bersabda:

[ أبشروا ] أليس تشهدون أن لا إله إلا الله وأني رسول الله قالوا بلى
قال إن هذا القرآن [ سبب ] طرفه بيد الله وطرفه بأيديكم فتمسكوا به فإنكم لن تضلوا ولن تهلكوا بعده أبدا

“Bergembiralah, bukankah kalian bersyahadat Laa Ilaaha Illallah dan bahwasannya aku adalah Rasulullah.” Mereka berkata: “Benar wahai Rasulullah.” Maka beliau bersabda: “Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah tali yang ujungnya ada di tangan Allah dan ujung satunya lagi ada di tangan kalian. Maka peganglah ia kuat-kuat, sesungguhnya kalian tidak akan tersesat dan tidak akan binasa apabila kalian mempelajari Al-Qur’an dan mengamalkannya selama-lamanya.” (HR. Ath-Thabrani)

Lihat juga: Syarat-Syarat Laa Ilaaha Illallah

Hadits ke-39

Kemudian hadits yang ke-39 juga mirip isinya. Diriwayatkan dari Jubair bin Muth’im, ia berkata: “Kami berada di sisi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di Juhfah. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

أليس تشهدون أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأني رسول الله وأن القرآن جاء من عند الله

“Bukankah kalian bersyahadat Laa Ilaaha Illallah tiada sekutu bagiNya dan bahwasannya Aku adalah Rasulullah. Dan bahwasannya Al-Qur’an datang dari sisi Allah?” Kami berkata: “Benar” Lalu beliau bersabda:

فأبشروا فإن هذا القرآن طرفه بيد الله وطرفه بأيديكم فتمسكوا به فإنكم لن تهلكوا ولن تضلوا بعده أبدا

“Maka bergembiralah, sesungguhnya Al-Qur’an ini ujungnya di tangan Allah dan ujung satunya lagi di tangan kalian. Maka peganglah ia kuat-kuat. Sesungguhnya kalian tidak akan binasa dan tidak akan tersesat setelahnya selama-lamanya.” (HR. Al-Bazzar dan Ath-Thabrani)

Dua hadits ini menunjukkan anjuran kita untuk mempelajari Al-Qur’an. Tentunya konsekuensi mempelajari Al-Qur’an adalah hadits. Karena kita tidak bisa memahami Al-Qur’an kecuali dengan memahami hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Allah Ta’ala berfirman:

وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ

Dan Kami turunkan kepada engkau wahai Muhammad Al-Qur’an supaya kamu menjelaskan kepada manusia apa yang diturunkan kepada mereka tersebut.” (QS. An-Nahl[16]: 44)

Artinya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam fungsinya adalah penjelas terhadap Al-Qur’an. Berarti Al-Qur’an membutuhkan hadits. Maka ini menunjukkan wajibnya kita ittiba’ kepada Al-Qur’an dan hadits, wajibkah kita mempelajarinya, mengkajinya dan terutama mengamalkannya. Karena orang-orang yang berikan oleh Allah Taurat dan Injil dari orang-orang sebelum kita, ketika mereka tidak mempelajarinya, tidak pula mereka mengamalkan, Allah cela dalam Al-Qur’an. Allah berfirman:

مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا

Perumpamaan orang-orang yang diberikan kepada mereka Taurat kemudian mereka tidak membawanya (tidak mempelajari dan mengamalkannya) dengan semestinya, bagaikan keledai yang membawa kitab-kitab besar.” (QS. Al-Jumu’ah[62]: 5)

Jangan sampai kita umat Islam bagaikan keledai, saudaraku. Allah sudah berikan kepada kita Al-Qur’an dan ternyata kita tidak peduli dengan Al-Qur’an, kita hanya jadikan Al-Qur’an sebagai hiasan-hiasan dinding, kita hanya jadikan Al-Qur’an sebagai sesuatu yang disimpan di lemari-lemari, sementara kita tidak membaca dan tidak mengamalkannya.

Disebutkan dalam hadits Samurah bin Jundub dalam riwayat Bukhari dalam shahihnya, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam suatu malam bermimpi dibawa oleh dua malaikat, dan mimpi para Nabi itu haq. Lalu diperlihatkan adzab-adzab kubur, diantara yang Rasulullah lihat adalah seorang laki-laki yang ditidurkan terlentang lalu ada orang lain satu lagi membawa batu besar kemudian batu itu diayunkan dan kepala orang yang terlentang itu dihancurkan dengan batu itu. Lalu batu itu menggelinding, dikejarnya batu tersebut dan diambil, kemudian ketika kembali kepala orang itu sudah bagus kembali lalu dihancurkan lagi.

Siapa orang yang ternyata terlentang dan dihancurkan kepalanya? Kata malaikat itu bahwa ia adalah seorang yang mengambil Al-Qur’anul Karim, sudah diberikan padanya Al-Qur’an, akan tetapi dia tidak membacanya, tidak pula mengamalkannya, dan dia pun juga tidur dari shalat lima waktu. Akibatnya dia diadzab dalam kuburnya.

Maka dari itu Al-Qur’an yang ada pada kita ini adalah hidayah untuk hidup kita. Namun tentunya musuh-musuh Allah akan berusaha bagaimanan kaum muslimin jauh dari Al-Qur’an. Bahkan na’udzubillah lisan-lisan mereka begitu busuknya menyifati katanya Al-Qur’an itu mengajarkan kekerasan dan terorisme. Sebetulnya orang ini tidak faham Al-Qur’an, tapi hatinya dipenuhi dengan kemunafikan. Na’udzubillah, nas’alullah as-salamah wal ‘afiyah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyuruh kita untuk mengkaji Al-Qur’an, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyuruh kita untuk berpegang kepada Al-Qur’an. Allah mengatakan:

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا ﴿٢٤﴾

Tidakkah mereka mentadabburi Al-Qur’an? Ataukah hati mereka terdapat padanya kunci-kunci?” (QS. Muhammad[47]: 24)

Artinya apakah mereka tidak mau mentadaburi Al-Qur’an atau hati mereka sudah terkunci mati? Na’udzubillah..

Allah juga berfirman:

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ ﴿٢٢﴾

Sungguh Kami telah memudahkan Al-Qur’an untuk diingat, untuk dipelajari, maka adakah orang yang mau ingat?” (QS. Al-Qamar[54]: 22)

Ini dia Al-Qur’an Allah turunkan dari langit kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bukan untuk mencelakakan kita, bukan untuk membinasakan kita, tapi hakikatnya untuk memberikan kebahagiaan kita di dunia dan akhirat kita.

Baca Al-Qur’an, di sana kita akan mengenal Tuhan kita siapa, siapa pencipta langit dan bumi.

Baca Al-Qur’an, kita akan mengetahui bagaimana dakwah para Nabi di sana. Ternyata semua Nabi dan Rasul sama dakwahnya, memurnikan ibadah hanya kepada Allah saja dan menjauhkan kesyirikan.

Baca Al-Qur’an, di sana terdapat hukum-hukum yang sangat adil dan penuh keadilan karena ia turun dari Rabb Yang Maha adil.

Baca Al-Qur’an, di sana terdapat kisah-kisah orang-orang sebelum kita yang Allah binasakan sehingga menjadi pelajaran untuk kita agar kita tidak ditimpa seperti yang menimpa mereka.

Baca Al-Qur’an, saudaraku. Al-Qur’an penuh dengan bimbingan dan ketenangan hidup bagi orang-orang yang mau berpikir. Adapun orang-orang yang tidak mau berpikir atau pikirannya rusak, dia menganggap Al-Qur’an itu hanya beban dalam hidupnya. Bagaikan keledai yang membawa kitab-kitab besar. Keledai tidak tahu apa yang ada di punggungnya. Bagi keledai, kitab ini adalah memberatkan dia.

Maka kalau kita menganggap Al-Qur’an ini hanya sebagai sebagai beban dalam hidup kita, berarti kita ini sudah masuk dalam kategori kedai. Na’udzubillah, nas’alullah as-salamah wal ‘afiyah.

Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian Hadits Anjuran Untuk Ittiba’ Kepada Al-Quran dan Sunnah


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48997-anjuran-untuk-ittiba-kepada-al-quran-dan-sunnah/